Jakarta (21/12). Persoalan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, bukan hanya menjadi masalah yang harus diselesaikan pemerintah. LDII berkeyakinan semua pihak harus bergotong-royong menyelesaikan masalah tersebut.
“DPP LDII membuat berbagai program yang langsung menyentuh masyarakat bawah, dan itu mendapat apresiasi dari Pusat Kesehatan Lingkungan dan Populasi atau Center of Environment and Population Health (CEPH), Griffith University Australia,” ujar Sekretaris Umum DPP LDII Dody T Wijaya.
Menurut Dody, LDII diundang oleh pihak CEPH untuk mempresentasikan berbagai langkah LDII dalam merespon terhadap krisis kesehatan akibat virus Covid-19 pada Senin, 20 Desember 2021. Dirinya mewakili Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso dalam acara “Health Emergency and Disaster Risk Management Virtual Forum”. Acara itu menghadirkan enam profesor sebagai pembicara kunci.
Mereka dari kalangan peneliti dan guru besar Universitas, regulator, WHO, dan organisasi nir laba yang fokus di bidang lingkungan, kesehatan, dan bencana global dari Australia, Amerika Serikat, Jepang, Philipina, dan Guinea-Bissau. Acara dipandu langsung oleh Profesor Cordia Chu, Direktur CEPH Griffith University dan dibuka secara resmi oleh Inspektur Jenderal Negara Bagian Queensland.
Dalam presentasinya, Dody sebagai salah satu pembicara di antara sembilan pemateri, mengungkapkan beragam langkah yang ditempuh LDII dalam mencegah Covid-19, “Pada saat awal terjadinya Covid-19, kami menggelar webinar Pesantren Sehat, yakni upaya mencegah Covid-19 menyebar di pesantren-pesantren di lingkungan LDII,” ujar Dody. Pesantren selain pusat mencetak kader dakwah, bagi LDII pesantren juga memutar ekonomi warga di sekitarnya secara signifikan.
Webinar tersebut menghadirkan pakar wabah atau epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, dan ormas-ormas Islam lainnya serta dari Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, DPP LDII melakukan empat langkah penting diseminasi informasi dan edukasi mengenai protokol kesehatan, Tindakan preventif, tanggap darurat bagi warga yang terinfeksi dan terkena dampak, serta Tindakan restorative dan rehabilitasi.
Langkah pertama sebagai edukasi pada awal wabah, di setiap majelis taklim diminta supaya menjaga jarak, mengenakan masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanan kegiatan di dalam masjid atau mushola, “Saat angka terpapar sangat tinggi dan pemerintah melakukan pembatasan sosial, DPP LDII mengirimkan surat edaran untuk melaksanakan pengajian melalui daring,” ujar Dody.
Warga LDII di zona-zona merah bahkan melaksanakan salat Jumat di rumah masing-masing dan meniadakan salat Idul Fitri dan Idul Adha, “Pada kondisi wabah, pembinaan umat tidak kami hentikan. Karena dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan menjalankan protokol kesehatan, kami anggap sebagai langkah efektif menguatkan mental dan fisik umat,” papar Dody.
Selanjutnya, DPP LDII menginstruksikan dibentuknya Satgas Covid-19 pada level provinsi hingga kelurahan. Mereka mendapat tugas menegakkan protokol kesehatan, tanggap terhadap warga yang terkena terinfeksi, dan memberi bantuan berupa sembako kepada warga yang terdampak secara ekonomi.
“Kami menyediakan ruang isolasi mandiri, menyalurkan pasien ke rumah sakit untuk isolasi, hingga melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah dan tempat ibadah,” jelasnya. Selanjutnya, untuk kemandirian pangan dan obat-obatan herbal, DPP LDII memberi edukasi mengenai hidroponik dan penanaman tanaman herbal.
Selanjutnya, secara masif, DPP LDII menginstruksikan pelaksanaan vaksinasi massal bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, TNI dan Polri, bahkan partai politik. Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari upaya penyebaran Covid-19.
“Langkah LDII ini menjadi perhatian Profesor Cordia Chu, Direktur CEPH Griffith University, yang akan melakukan riset mengenai peran ormas dalam hal ini LDII, dalam membantu pemerintah mengatasi dampak Covid-19,” pungkas Dody. (*)